Sumedang, 3 Juli 2025 – Di tengah jagung panas musim kemarau, suara diskusi petani menggema di kampus Universitas Winaya Mukti (UNWIM) Tanjungsari. Acara Farmer Field Day Budidaya Tembakau ini hadir sebagai laboratorium terbuka, menyatukan kampus, petani, dan pemerintah dalam satu dialog hidup.
Belajar dan Berbagi di Tengah Kebun Tembakau
Wakil Rektor UNWIM, Eli Rismalia, menyebut acara ini sebagai “ruang belajar bersama” di lahan seluas 7 hektare yang kini dijadikan show window bagi praktik pertanian tembakau modern.
“Pengetahuan tidak hanya diperoleh di bangku kuliah, tapi juga dari pengalaman petani.”
Petani hadir, mendiskusikan teknik tanam, pengendalian hama, hingga pascapanen dengan dukungan kampus dan pemerintah.
Sinergi Kampus dan Pemerintah: Wabup Fajar Hadir
Hadir pula Wakil Bupati Sumedang, M. Fajar Aldila, yang hadir langsung mengapresiasi langkah UNWIM dan Pemkab Sumedang dalam membangkitkan kembali sektor tembakau lokal.
“Harga tembakau sedang anjlok. Acara ini adalah bentuk dukungan konkret agar petani bisa bertahan,” tegasnya.
Melalui acara ini, langkah strategis untuk mendukung petani diwujudkan secara nyata mulai edukasi hingga pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) untuk infrastruktur pertanian.
Sinergi untuk Ketahanan dan Kemandirian
UNWIM tengah merancang fasilitas greenhouse dan ruang demonstrasi tani, agar teknologi pertanian tepat guna dapat dipelajari langsung oleh petani. Eli berharap kampus dan desa bisa jadi pusat pelatihan tembakau di Jawa Barat.
Kesimpulan: Kebangkitan dari Akar Rumput
Farmer Field Day UNWIM bukan sekadar acara kampus. Ini adalah simbol harapan baru: ketika pengetahuan akademik bertemu gerak petani lokal, lahirlah sinergi nyata yang menghidupkan kembali tembakau Sumedang.
Sumedang bisa jadi contoh. Jika akar petani diberdayakan dengan baik, komoditas lama seperti tembakau bisa hidup kembali dan menjadi tulang punggung ekonomi lokal.