News

Menggenggam Harapan di Tanah Sendiri: Buruh Tani Sumedang Bangkit Lewat Program STARBAK

47
×

Menggenggam Harapan di Tanah Sendiri: Buruh Tani Sumedang Bangkit Lewat Program STARBAK

Share this article

Sumedang Selatan, 19 Mei 2025 — Di tengah hamparan hijau Demplot PETAPA RAJA, Blok Cilimbangan, Desa Mekar Rahayu, deretan wajah penuh harap menatap masa depan yang mulai terukir. Mereka bukan pemilik tanah. Mereka adalah buruh tani, yang selama ini hanya jadi penggarap ladang orang. Namun hari itu berbeda. Hari ketika mereka mendapatkan kunci untuk menggenggam harapan: akses atas tanah sendiri.

Langkah awal ini ditandai dengan pencanangan program unggulan 100 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati Sumedang, yakni STARBAK (Satu Hektar untuk Bertani Bangkit). Program ini secara langsung dicanangkan oleh Bupati H. Dony Ahmad Munir, didampingi Wakil Bupati M. Fajar Aldila dan Sekretaris Daerah Tuti Ruswati.

Sebanyak 20 buruh tani kini memiliki hak kelola atas dua hektare lahan milik Pemerintah Kabupaten Sumedang. Tak hanya lahan, mereka juga difasilitasi dengan benih, pupuk, alat pertanian modern, bahkan ternak.

“Selama ini bantuan seringkali hanya dinikmati petani pemilik lahan. STARBAK hadir untuk menyentuh mereka yang selama ini luput dari perhatian—buruh tani yang memiliki keterampilan tapi tak punya akses,” tegas Bupati Dony dalam sambutannya.

Menurut Dony, jika program ini berhasil, setiap buruh tani bisa memperoleh penghasilan hingga Rp3,8 juta per bulan. “Ini bukan sekadar program pertanian. Ini bentuk keadilan sosial yang nyata,” katanya lantang.

Tak hanya soal bertani, Pemkab juga memikirkan pemasaran hasilnya. Hasil panen dari demplot akan diserap oleh Koperasi Merah Putih, yang memiliki fasilitas penyimpanan dingin, gudang, dan armada logistik. Bahkan, potensi kerja sama dibuka dengan Koperasi Milenial Makmur Juara, koperasi petani muda dari Sindulang, Cimanggung.

“Petani sering terkendala bukan di produksi, tapi di pemasaran. Kita ingin koperasi jadi offtaker-nya, jadi hasil panen tidak terbuang percuma,” lanjut Bupati.

See also  59 Aspiring Pilkada Supervisors in Sumedang Compete in CAT and Essay Tests

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Sajidin, menyebut bahwa meski program ini belum secara gamblang tertuang dalam regulasi seperti Inmendagri No. 2 Tahun 2025 dan Permendagri No. 86 Tahun 2017, STARBAK lahir dari aspirasi riil masyarakat.

“Ini bukan sekadar bantuan. Ini transformasi sosial. Dulu buruh tani, sekarang mereka berdaulat atas lahan,” ujar Sajidin.

Konsep yang diusung pun menarik—pertanian terpadu berbasis hortikultura dan peternakan. Di atas lahan itu, tumbuh cabai, tomat, buncis, hingga sayuran daun seperti paksoy dan sosin. Sementara di kandang, 26 ekor domba memberi pupuk organik dari kotorannya, menyuburkan kembali tanah yang mereka pijak.

Tak hanya itu, mereka juga dibekali dua unit cultivator, mesin pengolah jagung, pipanisasi sepanjang 3 kilometer, serta tandon air 5.000 liter. Semua ini diberikan satu kali, dengan harapan kelompok tani bisa mengelola sendiri keberlanjutannya.

Program ini tak berjalan sendiri. Pemkab menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Pusat Riset Hortikultura untuk uji tanah dan pengembangan varietas unggul, agar produktivitas tak hanya terjaga tapi terus meningkat.

Di tanah yang dulu hanya menjadi milik orang lain, kini para buruh tani menanam bukan hanya sayur dan buah, tapi juga harga diri dan harapan baru. Sebuah gerakan sunyi tapi bermakna—bahwa kemiskinan bisa dilawan, ketika lahan diperlakukan sebagai hak, bukan sekadar alat produksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *