hallosumedang — Butiran tanah merah yang lengket melekat di sepatu dan alat kerja mereka. Gerobak susah bergerak, dan setiap langkah terasa berat. Tapi tak ada satu pun wajah yang mundur. Di tengah medan licin dan curah hujan yang baru saja turun, puluhan anggota Satgas TMMD ke-124 Kodim 0610/Sumedang dan warga Desa Pamulihan tetap bergerak serempak: mencor jalan demi harapan baru.
Bukan sekadar membangun jalan. Ini adalah kerja gotong royong yang penuh makna. Di tengah segala keterbatasan alat dan kondisi cuaca yang tak bersahabat, semangat justru kian menyala. Lumpur tanah merah bukan halangan ia menjadi saksi bisu keteguhan hati mereka.
“Kalau hanya mengandalkan alat berat, pekerjaan ini mungkin tertunda. Tapi berkat kebersamaan, semua terasa lebih ringan,” ujar Serka Budi, salah seorang anggota Satgas TMMD yang turut memikul karung semen bersama warga.
Setiap cetok yang menumpahkan adukan, setiap ember yang dioper dari tangan ke tangan, semuanya menjadi bagian dari perjuangan kolektif. Jalan yang dicor bukan hanya untuk dilalui kendaraan, tapi untuk membuka jalur perubahan akses menuju sekolah, pasar, dan fasilitas kesehatan yang sebelumnya sulit dijangkau.
Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) bukan hanya proyek infrastruktur. Di lapangan, ia menjelma menjadi ruang kolaborasi antara TNI dan masyarakat, di mana tak ada batas antara komando dan warga, antara seragam dan kaus oblong.
Medan yang menantang justru menjadi pemicu solidaritas. Tak sedikit warga yang rela menunda pekerjaan pribadi demi menyumbangkan tenaga mereka. Beberapa bahkan datang membawa makanan hangat untuk menyemangati para pekerja yang penuh lumpur.
“Kami tahu jalan ini bukan hanya untuk kami hari ini, tapi juga untuk anak-anak kami nanti. Jadi sudah seharusnya kami turun tangan,” ucap Pak Darsa, seorang petani yang ikut mengaduk semen sejak pagi.
Harapan besar pun menggantung pada jalan baru ini. Dengan akses yang lebih baik, distribusi hasil pertanian bisa lebih cepat, ekonomi desa bisa berdenyut lebih lancar, dan masyarakat punya lebih banyak pilihan untuk berkembang.
Di balik lumpur dan peluh, ada harapan yang mengalir bersama adukan semen. Sebuah jalan yang dibangun tidak hanya oleh tangan, tapi juga oleh hati yang percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari desa dan dari tanah merah yang kini mulai mengeras menjadi fondasi masa depan.