News

Mahasiswa ISBI KKN di Rancakalong: Menghidupkan Budaya, Mendidik Warga, dan Bangkitkan Kreativitas Lokal

16
×

Mahasiswa ISBI KKN di Rancakalong: Menghidupkan Budaya, Mendidik Warga, dan Bangkitkan Kreativitas Lokal

Share this article
KKN ISBI Bandung

SUMEDANG, 22 Juli 2025 – Sebanyak 273 mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung resmi memulai Kuliah Kerja Nyata (KKN) di 10 desa di Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Selasa (22/7/2025).

Penerimaan para mahasiswa dilangsungkan di Pendopo Pusat Pemerintahan Sumedang (PPS) dan dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Sumedang, M. Fajar Aldila, serta jajaran pejabat daerah dan kepala desa setempat.

Program ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi antara dunia akademik dan pemerintah daerah untuk mendukung cita-cita Sumedang sebagai Puseur Budaya Sunda (SPBS).

Wabup Fajar: Mahasiswa Punya Peran Vital Jaga Budaya Lokal

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Fajar Aldila menekankan peran penting mahasiswa ISBI dalam melestarikan kekayaan budaya lokal Rancakalong, yang menurutnya kini perlahan terkikis oleh arus globalisasi dan digitalisasi.

“Budaya lokal adalah identitas kita. Mahasiswa ISBI punya kepekaan dan kompetensi untuk menggali, merawat, dan menyebarkan kembali nilai-nilai budaya masyarakat,” ujarnya.

Tak hanya soal budaya, Wabup juga menantang mahasiswa untuk aktif dalam edukasi masyarakat, terutama terkait pengelolaan sampah dan pencegahan stunting dua isu yang masih menjadi pekerjaan rumah besar di desa-desa.

Rektor ISBI: Kami Siapkan Tarian Baru Khas Sumedang

Sementara itu, Rektor ISBI Bandung, Retni Dwimarwati, menyampaikan bahwa KKN kali ini bukan sekadar program akademik, melainkan ajang menghidupkan potensi desa melalui pendekatan seni, budaya, dan kreativitas.

“Kami ingin setiap desa memiliki produk unggulan hasil kolaborasi dengan mahasiswa. Misalnya mars, tarian khas, atau aktivitas budaya lainnya,” ungkapnya.

Ia juga mengumumkan bahwa ISBI telah menyiapkan dua tarian baru khas Sumedang, yaitu Tari Serimpi Kutamaya dan Tari Tresna Sumerah, sebagai buah dari eksplorasi budaya dan kreasi para mahasiswa.

See also  Perangkat Desa di Persimpangan Harapan: Seruan Fajar untuk Garda Terdepan Pelayanan Publik

Enam Riset Budaya dan Geotheater Rancakalong

Tak hanya praktik lapangan, ISBI juga menggelar enam penelitian budaya di Sumedang yang melibatkan para dosennya, termasuk Asep Jatnika, Asep Ganjar Wiresna, Yuyun Yuningsih, dan lainnya. Penelitian ini mencakup:

  • Estetika Tari Tayub
  • Konten seni digital
  • Makna ritual tradisional
  • Arsitektur kampus budaya
  • Dokumentasi kuliner khas Sumedang
  • Eksplorasi seni pertunjukan

Salah satu proyek paling menarik adalah pengembangan Geotheater Rancakalong, sebuah wisata budaya berbasis pertunjukan, yang menampilkan drama tari Hanjuang Kutamaya, hasil kolaborasi mahasiswa dan dosen ISBI.

“Kami ingin menciptakan pengalaman wisata budaya yang orisinal, edukatif, dan menarik minat generasi muda,” terang Retni.

Menuju Kampus Budaya di Sumedang

Tak berhenti di kegiatan KKN, ISBI Bandung juga menjajaki kemungkinan membuka program studi film di Sumedang serta mengarsipkan karya maestro lokal seperti Raden Mahyar Angga Kusuma dalam format digital sebagai bagian dari pelestarian warisan seni.

Retni menutup sambutannya dengan mengingatkan para mahasiswa akan pentingnya berbaur dan beradaptasi selama KKN.

“Kunci keberhasilan adalah interaksi dan empati. Mahasiswa harus menyatu dengan masyarakat agar program ini benar-benar berdampak,” pungkasnya.

Kehadiran mahasiswa ISBI di Rancakalong membuka peluang besar untuk transformasi budaya dan sosial di tingkat desa. Melalui sinergi seni, edukasi, dan ekonomi kreatif, Sumedang tidak hanya memperkuat posisinya sebagai Puseur Budaya Sunda, tetapi juga menapaki jalur baru menuju kemandirian desa berbasis budaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *